22 Juni 2011
15 Juni 2011
= Adab =
Ikhwah Fillah,
Tampaknya masalah adab ini kurang menarik dan membosankan. Tetapi adab ini sangat penting dalam kehidupan berjama'ah dan sosial. mungkin masalah adab ini saat ini perlu kita sama2 pelajari dan amalkan.
sumber: liqoperth@googlegroups.com
Pada zaman salafus sholeh, ada seseorang yang selalu mengikuti pengajian Imam Abu Hanifah. Pada suatu saat, setelah pulang mukanya kelihatan kusut dan kecewa. Ditanya oleh ayahnya, kenapa mukanya begitu, yaitu muka kecewa, apakah Imam Abu Hanifah itu sakit? kata orang itu bagaimana tidak kecewa, biasanya sekali pertemuan Imam Abu Hanifah membahas paling tidak 70 masalah Fiqh, tapi hari ini hanya membahas 1 Adab, kecewa lah,kata orang itu.
Kemudian ayahnya menjawab : Wallahi ya bunayya (Demi Allah wahai anakku), La adabun wahidun 'allamtahu min Abi Hanifah ahabbu ilayya min anta ta'allama minhu sab'iina masalatan minal fiqh (sungguh satu pelajaran adab yang engkau pelajari dari Imam Abu Hanifah, lebih aku cintai dari pada engkau mempelajari 70 masalah fiqh ),
Ikhwah FiLLah, bagi ayahnya yang surprise itu adalah karena dia balajar tentang Adab. Karena jika ahli Fiqh, tetapi tidak mempunyai adab, maka itu berbahaya.
Ikhwah FiLLah, Manusia sosial merupakan keniscayaan. Ibnu Khaldun dalam muqoddimahnya mengatakan bahwa manusia dilahirkan dalam sebuah masyarakat dan tidak dapat hidup kecuali dalam sebuah masyarakat. Hidup bersama ini jelas akan memunculkan interaksi-interaksi dan hubungan 2 antar individu serta berbagai perselisihan yang mucul sebagai dampak interaksi tersebut. Sehingga bagaimana adab ini bisa meminimalkan dampak2 tersebut dan menjadikan hubungan antar manusia menjadi sangat indah.
Tampaknya masalah adab ini kurang menarik dan membosankan. Tetapi adab ini sangat penting dalam kehidupan berjama'ah dan sosial. mungkin masalah adab ini saat ini perlu kita sama2 pelajari dan amalkan.
Adab istri terhadap suami, adab anak kepada orang tua. Adab memberikan nasehat, adab mendengar, adab berbicara, bertetangga, adab murid terhadap guru, adab sesama muslim, ada bertamu, adab menerima tamu, adab di jalan, adab berbeda pendapat, dan lain-lain. Imam Al Bukhari sendiri menulis buku khusus tentang adab, yaitu adabul mufrod, adab bagi seorang muslim dan bab pertama adalah adab terhadap orang tua. Dalam sebuah jama'ah ada adab ta'amul fil jama'ah, antara lain adalah adab kepada murobbi, adab sesama ikhwah, dan lain sebagainya.
Semoga Allah SWT memberikan taufiq dan hidayah kepada kita untuk bisa menjaga dan mengamalkan adab2 islam ini sehingga hubungan antara sesama muslim, hubungan suami istri, hubungan keluarga, hubungan sesama manusia hubungan sesama ikhwah, bisa baik dan indah. Semoga Allah SWT memberikan kita kebesaran hati, kelapangan jiwa untuk tetap dalam berjama'ah dan masyarakat walaupun itu pahit. Karena ketika kita bergaul dengan manusia, maka kita juga bergaul dengan kekurangan mereka dan aib mereka. Karena tidak ada manusia yang sempurna.
Fudhail bin Iyadh mengatakan, siapa yang ingin bersaudara yang tidak memiliki aib tanpa kekurangan, ia takkan memiliki saudara. Abu Darda r.a mengatakan"Kata-kata keras dan kasar dari seorang saudara itu lebih baik daripada engkau kehilangan seorang saudara". Rasulullah SAW bersabda, "Seorang muslim yang berbaur dengan manusia lalu ia bersabar atas perilaku buruk mereka, lebih baik dari pada orang yang tidak berbaur dengan manusia dan tidak sabar atas perilaku buruk mereka"(HR Ahmad dan Turmudzi).
Memang ini berat. Sungguh ini tidak mudah. Tapi, semoga usaha kita di nilai mujahadah dalam rangka tetap bersama jama'ah. Wallahu a'lam.
sumber: liqoperth@googlegroups.com
13 Juni 2011
^_^ Menebar Senyum Dalam Pusaran Waktu ^_^
coba resapi lagi nuansa kelembutan
saat sentuhan angin melambai dalam belaian
kali ini biarlah melebur segala kerisauan
tak melemah karna berkecamuk perasaan
surya yang menguning adalah warna pasti
demikian adanya meski yak pernah dinanti
jika sejenak berarlih bukan berarti selamanya mati
hanya beranjak tiada kehendak hapus arti
sejenak pergi sebab telah terikat jalur rotasi
tak bisa memberi sinar hanya pada satu sisi
tiap titik terangnya diharap sejuta dimensi
lembaran hidup beraneka juga butuh terisi
masih ada rembulan menyimpan cahaya kecil
sedikit dari kemegahan mentari
untuk membagi sketsa keindahan meskipun secuil
hingga terselesaikan tugas malam memasang kail
Epilog....
ketika pagi datang lagi menuntun sang surya
telah terjaring ribuan impian bertabur cahaya
keyakinan pada nyata bahagia memecah cahaya
cerah MENGUKIR SENYUM hingga usia baya
nikmati saja putaran waktu seperti melukis senja
sedikit menggores jingganya dengan makna bersahaja
siap... menyambut gelap tanpa pucuk resah meraja.
sebab, sepanjang siang menabur senyum dengan sengaja.
)I(Abu AmrulHaq)I(
dalam sebuah persinggahan mengejar sales 75 juta.
sumber: www.facebook.com
saat sentuhan angin melambai dalam belaian
kali ini biarlah melebur segala kerisauan
tak melemah karna berkecamuk perasaan
surya yang menguning adalah warna pasti
demikian adanya meski yak pernah dinanti
jika sejenak berarlih bukan berarti selamanya mati
hanya beranjak tiada kehendak hapus arti
sejenak pergi sebab telah terikat jalur rotasi
tak bisa memberi sinar hanya pada satu sisi
tiap titik terangnya diharap sejuta dimensi
lembaran hidup beraneka juga butuh terisi
masih ada rembulan menyimpan cahaya kecil
sedikit dari kemegahan mentari
untuk membagi sketsa keindahan meskipun secuil
hingga terselesaikan tugas malam memasang kail
Epilog....
ketika pagi datang lagi menuntun sang surya
telah terjaring ribuan impian bertabur cahaya
keyakinan pada nyata bahagia memecah cahaya
cerah MENGUKIR SENYUM hingga usia baya
nikmati saja putaran waktu seperti melukis senja
sedikit menggores jingganya dengan makna bersahaja
siap... menyambut gelap tanpa pucuk resah meraja.
sebab, sepanjang siang menabur senyum dengan sengaja.
)I(Abu AmrulHaq)I(
dalam sebuah persinggahan mengejar sales 75 juta.
sumber: www.facebook.com
07 Juni 2011
(Resensi Buku) Delapan Mata Air Kecemerlangan
Oleh : M Anis Matta, LC
Islam datang dengan 2 pesona; pesona kebenaran yang abadi dan pesona manusia muslim yang temporal. Dan pada setiap momentum sejarah di mana kedua pesona itu bertemu, Islam selalu berada di puncak kekuatan dan kejayannya. Akan tetapi, itulah masalah Islam saat ini. Ia memang tidak akan pernah kehilangan pesona kebenarannya, karena kebenarannya bersifat abadi. Namun, ia kini masih kehilangan pesona manusianya.
Buku Delapan Mata Air Kecemerlangan ini merupakan upaya Anis Matta menjawab problematika itu. Untuk menjadikan muslim sebagai pesona Islam, maka kita harus mempertemukan manusia-manusia muslim itu dengan mata air kecemerlangannya.
Mata Air Pertama: Konsep Diri
Konsep diri adalah suatu kesadaran pribadi yang utuh, kuat, jelas, dan mendalam tentang visi dan misi hidup; pilihan jalan hidup beserta prinsip dan nilai yang membentuknya; peta potensi; kapasitas dan kompetensi diri; peran yang menjadi wilayah aktualisasi dan kontribusi; serta rencana amal dan karya unggulan. Konsep Diri menciptakan perasaan terarah dalam struktur kesadaran pribadi kita. Keterarahan adalah salah satu mata air kecemerlangan.
Konsep Diri manusia Muslim adalah kesadaran yang mempertemukan antara kehendak-kehendaknya sebagai manusia; antara model manusia Muslim yang ideal dan universal dengan kapasitas dirinya yang nyata dan unik, antara nilai-nilai Islam yang komprehensif dan integral dengan keunikan-keunikan pribadinya sebagai individu; antara ruang aksi dan kreasi yang disediakan Islam dengan kemampuan pribadinya untuk beraksi dan berkreasi; dan antara idealisme Islam dengan realitas pribadinya.
Mata Air Kedua: Cahaya Pikiran
Perubahan, perbaikan, dan pengembangan kepribadian harus selalu dimulai dari pikiran kita. Sebab, tindakan, perilaku, sikap, dan kebiasaan kita sesungguhnya ditentukan oleh pikiran-pikiran yang memenuhi benak kita. Bukan hanya itu, semua emosi atau perasaan yang kita rasakan dalam jiwa kita seperti kegembiraan dan kesedihan, kemarahan dan ketenangan, juga ditentukan oleh pikiran-pikiran kita. Kita adalah apa yang kita pikirkan.
Maka, kekuatan kepribadian kita akan terbangun saat kita mulai memikirkan pikiran-pikiran kita sendiri, memikirkan cara kita berpikir, memikirkan kemampuan berpikir kita, dan memikirkan bagaimana seharusnya kita berpikir. Benih dari setiap karya-karya besar yang kita saksikan dalam sejarah, selalu terlahir pertama kali di sana: di alam pikiran kita. Itulah ruang pertama dari semua kenyataan hidup yang telah kita saksikan.
Mata Air Ketiga: kekuatan Tekad
Tekad adalah jembatan di mana pikiran-pikiran masuk dalam wilayah fisik dan menjelma menjadi tindakan. Tekad adalah energi jiwa yang memberikan kekuatan kepada pikiran untuk merubahnya menjadi tindakan.
Pikiran tidak akan pernah berujung dengan tindakan, jika ia tidak turun dalam wilayah hati, dan berubah menjadi keyakinan dan kemauan, serta kemudian membulat menjadi tekad. Begitu ia menjelma jadi tekad, maka ia memperoleh energi yang akan merangsang dan menggerakkan tubuh untuk melakukan perintah-perintah pikiran.
Bila tekad itu kuat dan membaja, maka tubuh tidak dapat, atau tidak sanggup menolak perintah-perintah pikiran tersebut. Akan tetapi, bila tekad itu tidak terlalu kuat, maka daya rangsang dan geraknya terhadap tubuh tidak akan terlalu kuat, sehingga perintah-perintah pikiran itu tidak terlalu berwibawa bagi tubuh kita.
Maka, kekuatan dan kelemahan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh sebesar apa tekadnya, yang merupakan energi jiwa dalam dirinya. Tekad yang membaja akan meloloskan setiap pikiran di sleuruh prosedur kejiwaan, dan segera merubahnya menjadi tindakan.
Mata Air Keempat: Keluhuran Sifat
Pada akhirnya semua kekuatan internal –kosep diri, pikiran dan tekad- yang telah kita bangun dalam diri kita, haruslah bermuara pada munculnya sifat-sifat keluhuran. Kecemerlangan seseorang di dalam hidup sesungguhnya berasal –salah satunya- dari mata air keluhuran budi pekertinya. Dari mata air keluhuran itu, semua nilai-nilai kemanusiaan yang mulia terjalin menjadi satu kesatuan, dan menampakkan diri dalam bentuk sifat-sifat terpuji.
Sifat-sifat itulah yang akan tampak di permukaan kepribadian kita, mewakili keseluruhan pesona kekuatan kepribadian yang kita miliki, yang sebagiannya terpendam di kedalaman dasar kepribadian kita. Kekuatan pesona sifat-sifat keluhuran itu seperti sihir, yang akan menaklukkan akal dan hati orang-orang yang ada di sekitarnya, atau yang bersentuhan dengannya secara langsung.
Setiap sifat memiliki akar tersendiri yang terhunjam dalam di kedalaman pikiran dan emosi kita. Seperti juga pohon, sifat-sifat itu tersusun sedemikian rupa di mana sebagian mereka melahirkan sebagian yang lain. Ada sejumlah sifat-sifat tertentu yang berfungsi seperti akar pada pohon, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi batang, dahan dan ranting, daun dan buah. Demikianlah kita tahu bahwa semua sifat keluhuran berakar pada lima sifat: cinta kebenaran, kesabaran, kasih sayang, kedermawanan, dan keberanian.
Mata Air Kelima: Manajemen Aset Fundamental
Obsesi-obsesi besar, pikiran-pikiran besar, dan kemauan-kemauan besar selalu membutuhkan daya dukung yang juga sarana besarnya. Salah satunya dalam bentuk pengelolaan dua aset fundamental secara baik, yaitu kesehatan dan waktu.
Fisik adalah kendaraan jiwa dan pikiran. Perintah-perintah pikiran dan kehendak-kehendak jiwa tidak akan terlaksana dengan baik, bila fisik tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima. Kadang-kadang, jumlah “penumpang” yang mengendarai fisik kita melebihi kapasitasnya dan membuatnya jadi oleng. Akan tetapi, perawatan yang baik akan menciptakan keseimbangan yang rasional antara muatan dan kapasitas kendaraan.
Waktu adalah kehidupan. Setiap manusia diberikan kehidupan sebagai batas masa kerja dalam jumlah yang berbeda-beda, yang kemudian kita sebut dengan umur yang terbentang dari kelahiran hingga kematian. Tidak ada manusia yang mengetahui akhir dari batas masa kerja itu, yang kemudian kita sebut ajal. Hal itu menciptakan suasana ketidakpastian, tetapi itulah aset paling berharga yang kita miliki.
Ibarat menempuh sebuah perjalanan yang panjang, fisik kita berfungsi sebagai kereta, dan waktu yang terbentang jauh atau dekat, seperti rel kereta. Seorang masinis boleh menentukan stasiun terakhir yang kita tuju, tetapi dia harus menjamin bahwa kereta yang dikemudikannya dan rel yang akan dilewatinya benar-benar berada dalam keadaan baik.
Kesehatan dan waktu adalah dua perangkat keras kehidupan yang sangat terbatas. Akan tetapi, manusia-manusia cemerlang selalu dapat meraih sesuatu secara maksimal dari semua keterbatasan yang melingkupinya.
Mata Air Keenam: Integrasi Sosial
Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat di mana kita berada bukan saja merupakan ukuran kematangan pribadi seseorang, tetapi lebih dari itu. Sebab, lingkungan sosial kita harus dipandang sebagai wadah kita untuk menyemai semua kebaikan yang telah kita kembangkan dalam diri.
Dengan cara pandang ini, maka setiap diri kita akan membangun hubungan sosialnya dengan semangat partisipasi: menyebarkan bunga-bunga kebaikan di taman kehidupan masyarakat kita.
Dengan semangat ini, maka semua usaha kita untuk menciptakan keharmonisan sosial menjadi niscaya. Bukan saja karena dengannya kita dapat menyebarkan kebaikan yang tersimpan dalam diri kita, tetapi juga karena kita menciptakan landasan yang kokoh untuk meraih kesuksesan, berkah kehidupan, dan kebahagiaan dalam hidup.
Jika kematangan pribadi merupakan landasan bagi kesuksesan sosial, maka kesuksesan sosial merupakan landasan bagi kesuksesan lain dalam hidup, seperti kesuksesan profesi.
Mata Air Ketujuh: Kontribusi
Kehadiran sosial kita tidak boleh berhenti pada tahap partisipasi. Harus ada langkah yang lebih jauh dari sekadar itu. Harus ada karya besar yang kita kontribusikan kepada masyarakat, yang berguna bagi kehidupan mereka; sesuatu yang akan dicatat sebagai jejak sejarah kita, dan sebagai amal unggulan yang membuat kita cukup layak mendapatkan ridha Allah SAW dan sebuah tempat terhormat dalam surga-Nya.
Kontribusi itu dapat kita berikan pada wilayah pemikiran, atau wilayah profesionalisme, atau wilayah kepemimpinan, atau wilayah finansial, atau wilayah lainnya. Namun, kontribusi apa pun yang hendak kita berikan, sebaiknya memenuhi dua syarat: memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan dibangun dari kompetensi inti kita. Masyarakat adalah pengguna karya-karya kita, maka yang terbaik yang kita berikan kepada mereka adalah apa yang paling mereka butuhkan, dan apa yang tidak dapat dipenuhi oleh orang lain. Akan tetapi, kita tidak dapat berkarya secara maksimal di luar dari kompetensi inti kita. Karena itu, kita harus mencari titik temu diantara keudanya.
Caranya adalah sebagai berikut: buatlah peta kebutuhan kondisional masyarakat kita, dan kemudian buatlah peta potensi kita, untuk menemukan kompetensi inti diri kita. Apabila titik temu itu telah kita temukan, maka masih ada satu lagi yang harus kita lakukan; menjemput momentum sejarah untuk meledakkan potensi kita menjadi karya-karya besar yang monumental. Ini semua mengharuskan kita memiliki kesadaran yang mendalam akan tugas sejarah kita sebagai pribadi, sekaligus firasat yang tajam tentang momentum-momentum sejarah kita.
Mata Air Kedelapan: Konsistensi
Sebagai manusia beriman, kita meyakini sebuah prinsip, bahwa bagian yang paling menentukan dari seseorang adalah akhir hidupnya. Maka, persoalan paling berat yang kita hadapi sesungguhnya bukanlah mendaki gunung, tetapi bagaimana bertahan di puncak gunung itu hingga akhir hayat.
Mengukir sebuah prestasi besar dalam hidup dan mempertahankannya hingga akhir hayat, adalah dua misi dan tugas hidup yang berbeda; berbeda pada kapasitas energi jiwa yang diperlukannya, berbeda pada proses-proses psikologisnya, berbeda pula pada ukuran kesuksesannya.
Untuk dapat bertahan di puncak, kita harus menghindari jebakan-jebakan kesuksesan, seperti rasa puas yang berlebihan atau perasaan menjadi besar dengan kesuksesab yang telah kita raih. kita harus mempertahankan obsesi pada kesempurnaan pribadi, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan pertumbuhan tanpa batas akhir, dan mempertahankan semangat kerja dengan menghadirkan kerinduan abadi kepada surga dan kecemasan abadi dari neraka, serta menyempurnakan semua usaha-usaha manusiawi kita dengan berdoa kepada Allah untuk mendapatkan husnul khatimah. Semua itu agar kita menjemput takdir sejarah kita yang terhormat di bawah naungan ridha Allah SWT, dan agar kita kelak menceritakan episode panjang kepahlawanan ini kepada saudara-saudara kita di surga.
sumber: http://edumuslim.org/
Islam datang dengan 2 pesona; pesona kebenaran yang abadi dan pesona manusia muslim yang temporal. Dan pada setiap momentum sejarah di mana kedua pesona itu bertemu, Islam selalu berada di puncak kekuatan dan kejayannya. Akan tetapi, itulah masalah Islam saat ini. Ia memang tidak akan pernah kehilangan pesona kebenarannya, karena kebenarannya bersifat abadi. Namun, ia kini masih kehilangan pesona manusianya.
Buku Delapan Mata Air Kecemerlangan ini merupakan upaya Anis Matta menjawab problematika itu. Untuk menjadikan muslim sebagai pesona Islam, maka kita harus mempertemukan manusia-manusia muslim itu dengan mata air kecemerlangannya.
Mata Air Pertama: Konsep Diri
Konsep diri adalah suatu kesadaran pribadi yang utuh, kuat, jelas, dan mendalam tentang visi dan misi hidup; pilihan jalan hidup beserta prinsip dan nilai yang membentuknya; peta potensi; kapasitas dan kompetensi diri; peran yang menjadi wilayah aktualisasi dan kontribusi; serta rencana amal dan karya unggulan. Konsep Diri menciptakan perasaan terarah dalam struktur kesadaran pribadi kita. Keterarahan adalah salah satu mata air kecemerlangan.
Konsep Diri manusia Muslim adalah kesadaran yang mempertemukan antara kehendak-kehendaknya sebagai manusia; antara model manusia Muslim yang ideal dan universal dengan kapasitas dirinya yang nyata dan unik, antara nilai-nilai Islam yang komprehensif dan integral dengan keunikan-keunikan pribadinya sebagai individu; antara ruang aksi dan kreasi yang disediakan Islam dengan kemampuan pribadinya untuk beraksi dan berkreasi; dan antara idealisme Islam dengan realitas pribadinya.
Mata Air Kedua: Cahaya Pikiran
Perubahan, perbaikan, dan pengembangan kepribadian harus selalu dimulai dari pikiran kita. Sebab, tindakan, perilaku, sikap, dan kebiasaan kita sesungguhnya ditentukan oleh pikiran-pikiran yang memenuhi benak kita. Bukan hanya itu, semua emosi atau perasaan yang kita rasakan dalam jiwa kita seperti kegembiraan dan kesedihan, kemarahan dan ketenangan, juga ditentukan oleh pikiran-pikiran kita. Kita adalah apa yang kita pikirkan.
Maka, kekuatan kepribadian kita akan terbangun saat kita mulai memikirkan pikiran-pikiran kita sendiri, memikirkan cara kita berpikir, memikirkan kemampuan berpikir kita, dan memikirkan bagaimana seharusnya kita berpikir. Benih dari setiap karya-karya besar yang kita saksikan dalam sejarah, selalu terlahir pertama kali di sana: di alam pikiran kita. Itulah ruang pertama dari semua kenyataan hidup yang telah kita saksikan.
Mata Air Ketiga: kekuatan Tekad
Tekad adalah jembatan di mana pikiran-pikiran masuk dalam wilayah fisik dan menjelma menjadi tindakan. Tekad adalah energi jiwa yang memberikan kekuatan kepada pikiran untuk merubahnya menjadi tindakan.
Pikiran tidak akan pernah berujung dengan tindakan, jika ia tidak turun dalam wilayah hati, dan berubah menjadi keyakinan dan kemauan, serta kemudian membulat menjadi tekad. Begitu ia menjelma jadi tekad, maka ia memperoleh energi yang akan merangsang dan menggerakkan tubuh untuk melakukan perintah-perintah pikiran.
Bila tekad itu kuat dan membaja, maka tubuh tidak dapat, atau tidak sanggup menolak perintah-perintah pikiran tersebut. Akan tetapi, bila tekad itu tidak terlalu kuat, maka daya rangsang dan geraknya terhadap tubuh tidak akan terlalu kuat, sehingga perintah-perintah pikiran itu tidak terlalu berwibawa bagi tubuh kita.
Maka, kekuatan dan kelemahan kepribadian seseorang sangat ditentukan oleh sebesar apa tekadnya, yang merupakan energi jiwa dalam dirinya. Tekad yang membaja akan meloloskan setiap pikiran di sleuruh prosedur kejiwaan, dan segera merubahnya menjadi tindakan.
Mata Air Keempat: Keluhuran Sifat
Pada akhirnya semua kekuatan internal –kosep diri, pikiran dan tekad- yang telah kita bangun dalam diri kita, haruslah bermuara pada munculnya sifat-sifat keluhuran. Kecemerlangan seseorang di dalam hidup sesungguhnya berasal –salah satunya- dari mata air keluhuran budi pekertinya. Dari mata air keluhuran itu, semua nilai-nilai kemanusiaan yang mulia terjalin menjadi satu kesatuan, dan menampakkan diri dalam bentuk sifat-sifat terpuji.
Sifat-sifat itulah yang akan tampak di permukaan kepribadian kita, mewakili keseluruhan pesona kekuatan kepribadian yang kita miliki, yang sebagiannya terpendam di kedalaman dasar kepribadian kita. Kekuatan pesona sifat-sifat keluhuran itu seperti sihir, yang akan menaklukkan akal dan hati orang-orang yang ada di sekitarnya, atau yang bersentuhan dengannya secara langsung.
Setiap sifat memiliki akar tersendiri yang terhunjam dalam di kedalaman pikiran dan emosi kita. Seperti juga pohon, sifat-sifat itu tersusun sedemikian rupa di mana sebagian mereka melahirkan sebagian yang lain. Ada sejumlah sifat-sifat tertentu yang berfungsi seperti akar pada pohon, yang kemudian tumbuh berkembang menjadi batang, dahan dan ranting, daun dan buah. Demikianlah kita tahu bahwa semua sifat keluhuran berakar pada lima sifat: cinta kebenaran, kesabaran, kasih sayang, kedermawanan, dan keberanian.
Mata Air Kelima: Manajemen Aset Fundamental
Obsesi-obsesi besar, pikiran-pikiran besar, dan kemauan-kemauan besar selalu membutuhkan daya dukung yang juga sarana besarnya. Salah satunya dalam bentuk pengelolaan dua aset fundamental secara baik, yaitu kesehatan dan waktu.
Fisik adalah kendaraan jiwa dan pikiran. Perintah-perintah pikiran dan kehendak-kehendak jiwa tidak akan terlaksana dengan baik, bila fisik tidak berada dalam kondisi kesehatan yang prima. Kadang-kadang, jumlah “penumpang” yang mengendarai fisik kita melebihi kapasitasnya dan membuatnya jadi oleng. Akan tetapi, perawatan yang baik akan menciptakan keseimbangan yang rasional antara muatan dan kapasitas kendaraan.
Waktu adalah kehidupan. Setiap manusia diberikan kehidupan sebagai batas masa kerja dalam jumlah yang berbeda-beda, yang kemudian kita sebut dengan umur yang terbentang dari kelahiran hingga kematian. Tidak ada manusia yang mengetahui akhir dari batas masa kerja itu, yang kemudian kita sebut ajal. Hal itu menciptakan suasana ketidakpastian, tetapi itulah aset paling berharga yang kita miliki.
Ibarat menempuh sebuah perjalanan yang panjang, fisik kita berfungsi sebagai kereta, dan waktu yang terbentang jauh atau dekat, seperti rel kereta. Seorang masinis boleh menentukan stasiun terakhir yang kita tuju, tetapi dia harus menjamin bahwa kereta yang dikemudikannya dan rel yang akan dilewatinya benar-benar berada dalam keadaan baik.
Kesehatan dan waktu adalah dua perangkat keras kehidupan yang sangat terbatas. Akan tetapi, manusia-manusia cemerlang selalu dapat meraih sesuatu secara maksimal dari semua keterbatasan yang melingkupinya.
Mata Air Keenam: Integrasi Sosial
Kemampuan beradaptasi dengan lingkungan masyarakat di mana kita berada bukan saja merupakan ukuran kematangan pribadi seseorang, tetapi lebih dari itu. Sebab, lingkungan sosial kita harus dipandang sebagai wadah kita untuk menyemai semua kebaikan yang telah kita kembangkan dalam diri.
Dengan cara pandang ini, maka setiap diri kita akan membangun hubungan sosialnya dengan semangat partisipasi: menyebarkan bunga-bunga kebaikan di taman kehidupan masyarakat kita.
Dengan semangat ini, maka semua usaha kita untuk menciptakan keharmonisan sosial menjadi niscaya. Bukan saja karena dengannya kita dapat menyebarkan kebaikan yang tersimpan dalam diri kita, tetapi juga karena kita menciptakan landasan yang kokoh untuk meraih kesuksesan, berkah kehidupan, dan kebahagiaan dalam hidup.
Jika kematangan pribadi merupakan landasan bagi kesuksesan sosial, maka kesuksesan sosial merupakan landasan bagi kesuksesan lain dalam hidup, seperti kesuksesan profesi.
Mata Air Ketujuh: Kontribusi
Kehadiran sosial kita tidak boleh berhenti pada tahap partisipasi. Harus ada langkah yang lebih jauh dari sekadar itu. Harus ada karya besar yang kita kontribusikan kepada masyarakat, yang berguna bagi kehidupan mereka; sesuatu yang akan dicatat sebagai jejak sejarah kita, dan sebagai amal unggulan yang membuat kita cukup layak mendapatkan ridha Allah SAW dan sebuah tempat terhormat dalam surga-Nya.
Kontribusi itu dapat kita berikan pada wilayah pemikiran, atau wilayah profesionalisme, atau wilayah kepemimpinan, atau wilayah finansial, atau wilayah lainnya. Namun, kontribusi apa pun yang hendak kita berikan, sebaiknya memenuhi dua syarat: memenuhi kebutuhan masyarakat kita dan dibangun dari kompetensi inti kita. Masyarakat adalah pengguna karya-karya kita, maka yang terbaik yang kita berikan kepada mereka adalah apa yang paling mereka butuhkan, dan apa yang tidak dapat dipenuhi oleh orang lain. Akan tetapi, kita tidak dapat berkarya secara maksimal di luar dari kompetensi inti kita. Karena itu, kita harus mencari titik temu diantara keudanya.
Caranya adalah sebagai berikut: buatlah peta kebutuhan kondisional masyarakat kita, dan kemudian buatlah peta potensi kita, untuk menemukan kompetensi inti diri kita. Apabila titik temu itu telah kita temukan, maka masih ada satu lagi yang harus kita lakukan; menjemput momentum sejarah untuk meledakkan potensi kita menjadi karya-karya besar yang monumental. Ini semua mengharuskan kita memiliki kesadaran yang mendalam akan tugas sejarah kita sebagai pribadi, sekaligus firasat yang tajam tentang momentum-momentum sejarah kita.
Mata Air Kedelapan: Konsistensi
Sebagai manusia beriman, kita meyakini sebuah prinsip, bahwa bagian yang paling menentukan dari seseorang adalah akhir hidupnya. Maka, persoalan paling berat yang kita hadapi sesungguhnya bukanlah mendaki gunung, tetapi bagaimana bertahan di puncak gunung itu hingga akhir hayat.
Mengukir sebuah prestasi besar dalam hidup dan mempertahankannya hingga akhir hayat, adalah dua misi dan tugas hidup yang berbeda; berbeda pada kapasitas energi jiwa yang diperlukannya, berbeda pada proses-proses psikologisnya, berbeda pula pada ukuran kesuksesannya.
Untuk dapat bertahan di puncak, kita harus menghindari jebakan-jebakan kesuksesan, seperti rasa puas yang berlebihan atau perasaan menjadi besar dengan kesuksesab yang telah kita raih. kita harus mempertahankan obsesi pada kesempurnaan pribadi, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan perbaikan berkesinambungan, melakukan pertumbuhan tanpa batas akhir, dan mempertahankan semangat kerja dengan menghadirkan kerinduan abadi kepada surga dan kecemasan abadi dari neraka, serta menyempurnakan semua usaha-usaha manusiawi kita dengan berdoa kepada Allah untuk mendapatkan husnul khatimah. Semua itu agar kita menjemput takdir sejarah kita yang terhormat di bawah naungan ridha Allah SWT, dan agar kita kelak menceritakan episode panjang kepahlawanan ini kepada saudara-saudara kita di surga.
sumber: http://edumuslim.org/
05 Juni 2011
Kata-kata Emas Manajemen Waktu
Ridholah dengan ketetapan Allah SWT dalam hal apa yang diberikan-NYA untuk kita. Meskipun kita miskin, kelaparan, tertimpa musibah... ridholah...
Yakin dan percayalah kepada Allah SWT , bahwa Dia selalu akan memilihkan yang terbaik untuk kita dan paling bermanfaat untuk kita.
Bacalah do'a-do'a yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, karena do'a adalah metode penting yang akan mewujudkan apa yang anda inginkan. Tanpa do'a, anda akan letih untuk melakukan apa saja.
Lakukan tadabbur Al Qur'an, hafalkan Al Qur'an, karena itu akan sangat membantu anda dalam menentukan keputusan yang paling baik.
Bersikaplah memaafkan, toleran, memaklumi. Ini penting bila anda ingin mengoptimalkan manfaat waktu.
Jangan marah kecuali karena Allah SWT. Jangan anda jadikan syaraf anda tegang untuk sesuatu yang kelak akan hilang di dunia yang fana.
Ingatlah bahwa waktu berjalan dan setiap detik waktu sangat mungkin ajal menjemput anda. Karenanya, jangan anda buang waktu untuk bersedih dan gelisah.
sumber: Tarbawi edisi 252 Th.13, Rajab.1432, 2 Juni 2011
Yakin dan percayalah kepada Allah SWT , bahwa Dia selalu akan memilihkan yang terbaik untuk kita dan paling bermanfaat untuk kita.
Bacalah do'a-do'a yang diajarkan oleh Rasulullah SAW, karena do'a adalah metode penting yang akan mewujudkan apa yang anda inginkan. Tanpa do'a, anda akan letih untuk melakukan apa saja.
Lakukan tadabbur Al Qur'an, hafalkan Al Qur'an, karena itu akan sangat membantu anda dalam menentukan keputusan yang paling baik.
Bersikaplah memaafkan, toleran, memaklumi. Ini penting bila anda ingin mengoptimalkan manfaat waktu.
Jangan marah kecuali karena Allah SWT. Jangan anda jadikan syaraf anda tegang untuk sesuatu yang kelak akan hilang di dunia yang fana.
Ingatlah bahwa waktu berjalan dan setiap detik waktu sangat mungkin ajal menjemput anda. Karenanya, jangan anda buang waktu untuk bersedih dan gelisah.
Langganan:
Postingan (Atom)