24 Mei 2011

Sakit, Bukan Alasan Absen Halaqoh

Hari itu, salah satu ruangan di sebuah rumah sakit nampak penuh sesak dengan penjenguk. Hanya saja ada yang unik dari pemandangan tersebut, nampak para pengunjung membawa mushaf Al Qur'an kecil dengan buku dan alat tulis. Dengan seksama para penjenguk mulai duduk di lantai, persis di sebelah seorang yang sedang terbaring lemah diatas tempat tidur dengan kaki kananya yang masih belum tuntas selepas operasi.

Rasa sakit dan halangan untuk bergerak dari tempat tidur tidak menghalangi seorang Murobbi dalam berdakwah dan menjalankan kewajibanya menyampaikan sebuah kebaikan kepada binaanya. Hal ini telah dicontohkan oleh Ahuna Akhmad Suprihatin, ditengah proses operasi kaki kanan, di saat rasa sakit menghinggapi, tidak menghalanginya untuk mengisi sebuah halaqoh. Hanya ada hal yang berbeda, bila sebelumnya halaqoh dilakukan di masjid, mushola atau di rumah, kini dilaksanakan di dalam rumah sakit.

"Berdakwah meskipun dalam ujian sakit, dengan begini saya merasa lebih bermakna" demikian beberapa kalimat yang disampaikan Ahuna Akhmad Suuprihatin saat ditanya mengapa masih tetap mengisi halaqoh di rumah sakit. Sebuah kalimat singkat, namun sarat akan makna yang mendalam dan sekaligus sebuah nasihat yang sangat luar biasa bagi semua pihak yang telah melabelkan diri sebagai kader dakwah.
Semoga kisah nyata ini dapat dijadikan sebagai bahan perenungan bagi semua pihak yang senantiasa merangkai berbagai alasan sebagai sebuah dalil pembenaran untuk tidak hadir dalam sebuah halaqoh dakwah baik berperan sebagai Murobbi maupun Mutarobbi.[ismed]

sumber: www.islamedia.web.id

Hidupmu Menginspirasi Kami

In Memoriam Ustadzah Yoyoh Yusroh

“Jazakallah ustadz sudah membimbing anak kami”, kata itu masih terngiang ditelingaku saat hampir satu tahun lalu engkau mengambil raport untuk putri ketujuhmu Salma Salimah. Waktu itu aku yang menjadi wali kelas di sekolah anakmu, sangat salut padamu karena betapa orang sekelas dan sesibukmu mampu menyempatkan diri datang kesekolah untuk mengambil raport anaknya, sementara tidak sedikit orangtua murid yang sebenarnya tidak terlalu sibuk tapi tidak sempat datang kesekolah untuk sekedar mengambil raport anak-anaknya. Dan kemarin aku mendengar engkau baru saja menghadiri dan menyaksikan acara wisuda salah seorang putramu sesaat sebelum Allah memanggilmu. Ustadzah Yoyoh, sungguh perhatianmu pada keluarga sangat menginspirasi kami.

Ustadzah Yoyoh Yusroh, begitu biasanya kami memanggilmu, sangat sederhana. Tetapi jalan hidupnya ternyata tidak sesederhana namanya. Ibu dari 13 orang anak ini merupakan anggota DPR RI dari FPKS selama tiga periode. Track Record mu dalam kancah dakwah di masyarakat dan legislatif sudah tidak diragukan lagi. Kiprah mu di Komisi I DPR RI meninggalkan begitu banyak jejak kebaikan, menghidupkan kembali fungsi negara Indonesia yang berperan aktif dalam perdamaian di beberapa negara Konflik. Ketika keadaan di Palestina dan negara-negara arab sedang memanas, engkau yang aktif menjadi ustazah beberapa majlis ta’lim ini tanpa rasa takut dan ragu mengunjungi negara-negara tersebut, mewakili Indonesia untuk melihat kontribusi apa yang bisa di berikan. Sampai di penghujung umurmu tak pernah henti mencoba merealisasikan da’wah Nabimu. Memperbaiki diri sendiri, memperbaiki keluarga, memperbaiki masyarakat, memperbaiki negara, dan memperbaiki dunia.

Saat beberapa anggota DPR yang terhormat di isukan melakukan perbuatan-perbuatan “tidak terhormat” diantara mereka ada yang di isukan selingkuh, ada yang di isukan korupsi dan adapula yang di isukan mabuk di kelab malam. Engkau bahkan jauh dari isu-isu seperti itu, engkau telah buktikan pada kami, pada indonesia bahkan pada dunia bahwa engkau Bersih, engkau Peduli dan engkau Propesional.

Seorang konsultan terkenal di Singapura, yang selalu kami mintai taujih dan nasehatnya, yang kami nantikan saran dan masukannya, yang kami kagumi kehidupan pribadi, keluarga dan dakwahnya pernah berkata dengan tulus
“Kenapa kalian jauh-jauh sampai harus mencari kami ke Singapura padahal di negeri kalian sendiri ada sosok yang sangat hebat luar biasa yang begitu kami kagumi. Yes ustadzah Yoyoh and her family is our model”, begitu katanya.
Ustadzah Yoyoh, keluargamu sangat menginspirasi kami.

Saat menjadi muwajjih bagi guru-guru di sekolah kami pada satu kesempatan,engkau bercerita bahwa ketika berbincang dengan para mujahidah palestina yang memiliki anak yang banyak dan mereka semua hafal qur’an, saat itu engkau ditanya
“Ummu Umar kam aulad indak
“13” jawabmu bangga
“Kam hafidzti minal qur’an”
“20 juz” katamu datar
“Hei. Apa saja yang kamu kerjakan di dunia ini, bukankah engkau hidup di negeri yang aman tanpa perang. Ayo segera selesaikan hafalanmu”. Sergah mereka.
Saat itu katamu engkau malu pada mereka dan bertekad untuk segera menyelesaikan hafalan qur’anmu. Dan terakhir aku dengar engkau telah hafal al qur’an.
Ustadzah Yoyoh, semangatmu sungguh menginspirasi kami.

Pernah kami mengundangmu sebagai pembicara dalam acara seminar yang dihadiri oleh orang-orang kaya yang berpakaian dan berpernampilan serba wah, engkau datang dengan pakaian dan penampilan yang sangat sederhana, jauh dari gemerlap bahkan tidak pakai make up, sangat jauh dari kesan mewah. Namun semua yang hadir kagum akan materi dan penyampaianmu.

Keseharianmu pun begitu, selalu sederhana. Seingatku, dulu ketika beberapa binaanmu baru punya taruna, xenia atau avanza engkau sudah memiliki innova. Dan kini beberapa binaanmu itu sudah mengganti kendaraan mereka dengan fortuner, CRV, pajero bahkan alpard dan mercy, engkau masih setia dengan mobil lamamu. Padahal – aku sangat yakin – kalau engkau mau, engkau mampu membeli dan memiliki yang jauh lebih mewah dari itu. Darimu kami belajar bahwa sederhana adalah memilih hidup biasa walaupun engkau mampu untuk hidup mewah.
Ustadzah Yoyoh, sederhanamu sungguh menginspirasi kami.

Hari ini aku mendapat forward sms yang engkau kirimkan kepada seorang akhwat beberapa hari sebelum Allah memanggilmu:
“Ya Robb, aku sdg memikirkan posisiku kelak diakhirat. Mngkinkah aku berdampingan dgn penghulu para wanita Khadijah Al Kubro yg berjuang dgn harta dan jiwanya? Atau dg Hafsah bt Umar yg dibela oleh Allah saat akan dicerai karena showwamah dan qowwamahnya? Atau dgn Aisyah yg telah hafal 3500 an hadits sdg aku....ehm 500 jg belum...atau dgn Ummu Sulaim yg shobiroh atau dgn Asma yg mengurus kendaraan suaminya dan mencela putranya saat istirahat dr jihad... atau dgn siapa ya?, ya Alloh, tlg beri kekuatan tuk mengejar amaliah mereka... sehingga aku layak bertemu mereka bahkan bisa berbincang dgn mereka di taman firdausMu...”
Sekarang kami paham, mengapa engkau begitu semangat dalam berdakwah, begitu giat beribadah. Ya, karena engkau sedang mengikuti jejak bahkan ingin mengejar amaliah para shahabiyah. Semoga Allah mempertemukanmu dengan mereka ditaman firdaus.

Kemarin aku beserta istri dan anak-anak datang untuk bertakziah kepadamu. Subhanallah, terpana aku melihat mereka yang hadir dalam barisan takziah dan shaff shalat janazah. Mereka datang dari mana-mana, mereka datang dengan berbagai cara, dari jalan kaki sampai yang naik mercy, dari anak-anak sampai nenek-nenek, tua, muda, laki-laki, perempuan. Kami semua mendoakanmu berharap Allah mengumpulkan kita lagi disurgaNya.

Ya Allah sebagaimana Engkau kumpulkan kami di dunia ini dalam ketaatan padaMu. Maka kumpulkanlah kami kelak dalam surgaMu bersama para Nabi, Shiddiqin, syuhada dan orang-orang shaleh.

Ustadzah Yoyoh, begitu banyak inspirasi dan pelajaran yang dapat kami ambil dari kehidupan bahkan kepergianmu yang tak akan selesai bila ditulis atau diceritakan. Dan ketika orang-orang memberi gelar Ustadz Rahmat Abdullah sebagai Syaikhut Tarbiyah, bolehkan aku menyebutmu dengan “Ummut Tarbiyah”.

Selamat jalan ustadzah Yoyoh. Semoga Allah memberimu tempat terbaik di sisiNya, menganugerahkan berbagai nikmatNya. Dan semoga keluarga yang ditinggalkan diberi kesabaran, ketabahan dan keistiqomahan.

Jakarta, 22 Mei 2011









Syafri Delon Arifin
sumber : http://syafridelon.blogspot.com/

21 Mei 2011

Selamat Jalan Bu.....

Islamedia - Hari ini, usai sudah tugas yang kau emban. Tunai sudah amanah yang selama ini kau jalankan. Oleh karenanya, Allah memanggilmu. Ia ingin kau menghadap kepadaNya. Membawa selaksa Cinta, selaksa karya yang telah kau toreh dalam kurun waktu 48 tahun lebih 6 Bulan.

Pagi ini, kau mengahadapkan dirimu kepada penciptaMu, di sepertiga malam terkahir. Waktu yang biasanya kau gunakan untuk menghamba, berdua dengan Allah, pemeliharamu satu satunya. Namun, karena safar, perjalanan, kau urung melakukan itu. Sebuah kecelakaan yang berujung pada ajal, menjadi sebab kepergianmu, menghadap Ilahi. Kala itu, kau baru pulang dari Universitas Gajah Mada, menghadiri Wisuda buah hatimu. Tentunya, ada bahagia yang menyelinap di hati sucimu.

Di kebutaan pagi ketika Aku tengah menggigil kedinginan lantaran udara, sehingga urung beranjak dari pembaringan, kau dijemput oleh Izroil. Sekali lagi, Untuk menghadapkan dirimu, kepada Sang Maha Suci.

Dan berselang jam setelahnya, sebuah kabar masuk ke ponsel, ketika Aku masih bersantai leha selepas tilawah, di Rumah Allah. Kabar yang menyesakkan, mengagetkan, namun harus diterima dengan lapang dada. Karena itu Fakta, benar adanya. Kabar yang membuatku beristighfar sejadi-jadinya sembari melantunkan doa, “ Semoga Allah mengampuni semua dosamu, menerima amal Sholihmu dan menempatkanmu di tempat terindah di SisiNya. Amiin."

Kabar itu seperti mimpi, karena begitu cepat terjadi. Bahkan seorang kolega bertanya heran, “ Benar Gak Mas ? Jangan menyebarkan pesan yang belum jelas ah!” Aku terdiam. Dan memang bingung mau menjawab apa. Perasaanku, sama dengan yang ia alami. Hampir tidak percaya. Lalu, kupencet keypad ponselku, membalas pesan itu, “ Mas, Beginilah Kematian mengajari Kita. Ia datang dengan tiba-tiba. Tanpa dikira, oleh siapaun. Ia datang, tak perlu dijemput. Dan pergi, tak usah diantar. Ia datang dan pergi, sesuai kehendak Allah, sang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan.”

Kemudian, satu persatu bayang tegar wajahmu berkelabat dalam fikirku. Dimataku, Kau adalah wanita tangguh. Jika Allah meridhoi, Aku ingin mempersunting wanita yang setangguh dirimu, atau lebih tangguh Lagi. Walaupun, kusadari, Layakkah aku mempersunting wanita yang setangguh dirimu? Ah, semoga saja Allah melayakkanku, Amiin.

Medio 2008, dalam suatu acara Penggalangan Dana untuk saudara semuslim di Palestina. Itu adalah pertama kalinya Kita berjumpai. Tapi, aku seperti pernah bertemu denganmu sebelumnya. Tepatnya dimana, Aku tidak tahu. Belakangan, kuketahui rasa itu bernama, TA’LIFUL QULUB. Bersatunya Hati karena kesamaan Aqidah.

Kau bagai Singa kala itu. Semangatmu mebakar jiwa yang kerontang karena kesibukan. Tilawah pas-pasaan, tahajud hampir tidak terjamah, hanya jama’ah di masjid. Itupun kualitasnya sangat rendah. Berangkat Belakangan, Pulang duluan. Padahal Nabi bersabda, “ Yang terbaik dinatara kamu adalah Yang PALING awal mendatangi Masjid dan PALING AKHIR meninggalkannya.” Tapi aku, kebalikan dari itu. Astaghfuirullahal ‘Adhiim.

Dengan suara yang lembut namun perkasa, kau sampaikan kepada kami, “ Saudara-saudara kita di Palestina,” Suaranya benar-benar Perkasa, meruntuhkan tebalnya kabut dosa di hatiku.” Masih sempat melaksanakan Qiyamullail dan Hafalan Qur’an” Aku mulai tersentak, nampaknya Kau akan menyindirku. “ Padahal di kanan, Kiri, depan dan belakang Mereka adalah BOM, Ranjau yang sengaja di pasang oleh Zionis laknatullah dan siap meledak kapanpun” Benar kan kataku. Ia menyindirku, telak. Aku tak berkutik. Seperti mati langkah. Aku hanya pasrah dan membiarkan mataku mengalirkan airnya, membasahi pipiku yang lama tak menangis karena takut kepada Allah. Allahu Akbar Walillahil Hamd. “ Sementara Kita, yang nyaman, enak, damai dan tidak dilanda konflik bersenjata, dengan tanpa merasa bersalah meningalkan TAHAJUD, melupakan hafalan Qur’an dengan dalih yang remeh temeh, Sibuk Bekerja.” Lanjutnya berapi-api. “Ya Allah , Ampuni kelalaian kami selama ini.” Doaku kala itu.


Setelah itu, aku melihatmu dengan gigih berdakwah, menghadiri setiap kajian terkait Palestina dan Timur Tengah. Bahkan, aku dibakar cemburu, ketika kulihat engkau berada di tengah Pejuang Palestina. Ketika Kau berfoto bersama Ustadz Ismail Haniya. Perdana Menteri Palestina dari HAMAS, Harokatul Muqowwamah Al Islamiyah. “ Barokallahu fiik Bu, semoga Allah senantiasa menjagamu dan memanjangkan langkah Dakwahmu.” Bisikku iri, ketika melihat gambar itu.

Kemudian, terakhir kali bertemu denganmu, akhir April 2011. Kau bersinergi bersama mentari membakar diriku. Mentari membakar kulit dan fisik, sementara Engkau membakar semangatku yang mulai lumpuh, dengan taujihmu. Luar Biasa !!! Suaramu masih sama. Lembut namun perkasa. Kau berhasil melelehkan air mataku, di waktu bersamaan, kau membuat jiwaku bergelora, semangat meluap berlipat-lipat. Allahu Akbar walillahil hamd !!! peristiwa ini, kucatat sebagai momen perpisahan kita di sini. Semoga Allah berkenan Menjumpakan kita di tempat yang lebih baik disisiNya.Amiin.


Pada kesempatan lain, dalam taujihmu , Kau pernah berkata, “ Dan Kita akan bersama sama Sholat berjama’ah di masjidil Aqsho. Allahu Akbar walillahil Hamd.” Kamipun menyambut kalimat itu dengan takbir serupa, dengan semangat dan visi yang sama , PALESTINA MERDEKA. Dan kini, Kau lebih dulu menghadapkan diri kepada Sang Pencipta. Nampakanya, karena hal itu, Kau tidak bisa berjama’ah bersamaku di Al Aqsho di dunia ini.

Baiklah Bu, nampaknya tak kan pernah usai jika kutuliskan semua rasaku. Aku telah menganggapmu sebagai Ibuku, Ibu seaqidah. Walaupun tidak pernah bersua secara khusus. Pun, Aku tak pernah berbicara denganmu secara langsung. Tapi, Aku akan berusaha, akan kulanjutkan semangatmu dalam berjuang. Semoga aku bisa menyusulmu ke Palestina, Jika Allah menghendaki.

Selamat Jalan Bu, Aku bersaksi bahwa kau adalah orang baik. Dan aku yakin, bahwa Allah Maha Menepati Janji. Semoga Kau lebih baik dari yang Aku kira.

Jasadmu telah pergi. Tidak mungkin kujumpai lagi. Hanya foto-foto perjuangan yang kusimpan, sebagai kenang-kenangan. Kelak, akan kuberitahu anakLink-anakkau tentang dirimu, bahwa Kau adalah MUJAHIDAH TANGGUH ZAMAN INI. Namun, benih Semangat , benih Perjuangan yang telah kau tanam, pasti akan bersemi,dan kelak berbuah. Beriring dengan kepergianmu, menemui Robb Kita. Semoga Allah Memberi Khusnul Khotimah kepadamu, juga kepada kami semuanya.

Selamat Jalan Bu, baik – baik di sana ya. Kami akan terus berjuang, semampu kami, hingga Islam benar benar Berjaya. Allahu Akbar walillahil Hamd !!!

Tak terasa, ada bulir yang mengalir lembut.
Sabtu Pagi, 18 Jumadil Tsani 1432 H / 21 Mei 2011 M.