17 Januari 2011

MUHARRIK "TULEN"

Dakwah membutuhkan kader-kader yang mampu berfikir besar dan berjiwa besar untuk menunaikan kerja besar meraih cita-cita besar. Dakwah juga membutuhkan kader pekerja maksimalis, bukan pekerja minimalis yang menghindar dari resiko dan tantangan. Latih terus insting dan naluri harokah kita di setiap Liqo dan amal da'awi, karena dakwah ini harus mengalir dan bergerak terus.

Sebuah penelitian dilakukan terhadap binatang kecil sejenis kutu. Binatang tersebut terbiasa meloncat hingga ketinggian satu meter. Suatu kali binatang tersebut dimasukkan ke dalam kotak korek api selama beberapa hari. Ketika binatang tersebut dikeluarkan dari dalam kotak korek api terbut, apa yang terjadi? Jika selama ini ia mampu meloncat hingga satu meter, kini ia hanya mampu meloncat setinggi kotak korek api yang hanya 2 sentimeter saja. Ternyata beberapa hari di dalam kotak korek telah menurunkan kemampuan loncatannya. Standar loncatannya menurun karena lingkungan yang dia alami.

Suatu ketika di sebuah kebun binatang di Cina didatangkan seekor harimau buas. Ia diberi kandang yang bersih, ada tempat berteduh dari sengatan panas, ada pula kolam kecil tempat ia minum dan berendam jika kepanasan. Setiap hari ia diberi makan daging ayam atau bebek yang telah dibersihkan. Suatu hari petugas kebun binatang memasukkan seekor anak sapi yang kira-kira tingginya sama dengan harimau tersebut. Apa yang terjadi? Jangankan untuk menyerang anak sapi, bahkan harimau tersebut lari ketakutan. Rupanya ia telah terbiasa memakan makanan daging bersih, sehingga hilanglah naluri kebuasan yang sebenarnya merupakan ciri khas dari binatang tersebut. Watak aslinya berubah karena lingkungan yang dia alami.

Ikhwah fillah,
Tentu kita telah mendengar, atau bahkan sebagian kita mengalami masa-masa ta'sis dakwah di negara ini. Begitulah militan! Dauroh rekrutmen untuk memperbanyak barisan kader hampir tiap bulan dilakukan. Membidik pribadi-pribadi "hanif" untuk diajak bergabung dengan dakwah menjadi kerja harian setiap ikhwah. Sabtu-Ahad menjadi hari-hari yang begitu sibuk menggarap proyek dakwah. Seorang ikhwah terbiasa mengelola 4,5 dan 6 halaqoh. Rutinitas hidup ikhwah berputar dari satu dauroh ke dauroh lain, dari satu halaqoh ke halaqoh lain. Jauhnya jarak dan padatnya waktu justru semakin meningkatkan semangat dan motivasi. Perjalan pengap sesak bergelantungan di kendaraan umum selama 3-4 jam untuk menghadiri liqo sudah menjadi kelaziman. Rupiah demi rupiah tak terasa mengalir keluar, membiayai sendiri setiap proyek dakwah. Begitulah ikhwah saat itu menikmati keindahan dan kenikmatan jihad.

Ikhwah saat itu begitu berhati-hati, khawatir terjadi pelanggaran syar'i dalam mu'amalah misalnya. Jika ada ikhwah yang berencana untuk nikah, dari awal hijab sudah dijaga, memilih pasangan dengan niat membangun usroh da'awi, dan meminta pendapat murobbi. Walimatul ursy pun dirancang begitu hati-hati, segala daya upaya ditempuh agar suasana islami dibangun karena walimah adalah syar'i dakwah. Batasan syar'i sekecil apapun tidak dilanggar, menghindari tabarruj, kemubaziran dalam berbagai hal, taupun hiburan yang tidak jelas apakah nasyid atau lagu pop.

Saat ini dakwah kita telah menembus memasuki tahapan-tahapan yang menakjubkan. Senang kita melihat dakwah memegang amanah strategis di negeri ini. Ada yang menjadi menteri, gubernur, walikota/bupati, anggota DPR-DPRD, dan posisi penting lainnya. Gembira kita melihat sebagian ikhwah sudah mampu mengelola bisnis dengan baik. Nyaman kita saat di markas yang sejuk ber-AC, meja penuh laptop, infokus, dan TV LCD pun tersedia. Sekarang, markas dakwah kita dituntut memiliki lahan parkir yang cukup memuat jejeran mobil dan motor yang dibawa ikhwah saat ada acara. Tidak ada yang salah dengan itu semua, apalagi jika itu semua kita gunakan untuk mengefektifkan dan mempermudah dakwah menggapai cita-cita besar. Semua fasilitas, jabatan dan kekuasaan kita gunakan untuk melayani dakwah.

Ikhwah fillah,
Rupanya Allah mentakdirkan kita lahir menjadi seorang muharrik, keluarga kita juga keluarga muharrik. Kita adalah "muharrik tulen", apapun posisi profesi kita. Eksekutif, legislatif, pengusaha, dosen, guru, aktifis, LSM, wiraswasta, PNS, buruh..., sebelum menjadi apapun, ternyata kita ini adalah da'i. Nahnu du'at qabla kulli syai'in. Da'i yang siap mengelola usroh dan beberapa halaqoh. Da'i yang selalu membuat perencanaan rekrutmen fardhiyah. Da'i yang terbiasa merancang dauroh. Da'i yang masih siap jika dakwah menuntutnya untuk bekerja keras dan berjerih payah. Tak berkurang sedikitpun karakter muharriknya.

Kini, seorang ikhwah mengingatkan; tetaplah kita menjadi "muharrik tulen" yang memiliki daya jelajah yang kerja yang hebat! Gagasan-gagasan briliant yang melampaui pemikiran umum! Jangan jadikan kondisi nyaman yang ada di sekitar kita seperti korek api yang bisa menurunkan kapasitas, kualitas kerja dan standar kita yang sesungguhnya, sehingga kita menjadi "duuna mustawa" (dibawah standar). Jangan jadikan lingkungan aktivitas beserta fasilitas yang sehari-hari kita nikmati merubah naluri muharrik kita. Jangan biarkan "cc" kita semakin lama semakin berkurang, hingga sampai pada titik kita merasa asing untuk menjadi murobbi, kita gugup ketika dimintai taujih dalam sebuah dauroh, kita merasa berat dan terasa begitu jauh saat liqo ada di luar kecamatan kita, kita harus menghitung berulang kali saat liqo ada di luar kecamatan kita, kita harus menghitung berulang kali saat ada munashoroh membantu ikhwah yang membutuhkan. Tak terasa sedikit demi sedikit batasan syar'i menjadi longgar. Insting muharrik kita semakin lama semakin melemah... dan itu tak boleh terjadi.

Ikhwah fillah,
kita telah dianugerahi Allah kapasitas kerja yang besar, maka syukurilah dengan cara meledakkan kapasitas itu, untuk kepentingan dakwah. Ledakan potensi positif kita untuk menerangi negeri kita yang sedang porak-poranda ini. Latih terus insting dan naluri harokah kita di setiap liqo yang kita jalani, karena dakwah ini harus mengalir dan bergerak terus. Pastikan kita selalu berada bersama aliran dan gerakan dakwah ini, dan dalam kondisi itulah Allah SWT memanggil kita. Aamiin.

Seri Taujih 03
Dzulqarnain
Deputi Tadrib DPW PKS Jawa Barat

14 Januari 2011

~untukmu Kader Dakwah~

Dilangit-langit kamar, dijalan yang yang berderap kita menorehkan segurat doa
: Allah, berikan kami kekuatan dalam perjuangan ini.

Mata basah kita pejamkan
Lisan lelah kita diamkan
detak jantung, hanya suara
mengulang doa serupa
: Allah, berikan kami kekuatan dalam perjuangan ini.

Lama kita terjaga
Sepanjang terang menunggu datangnya harapan
Hingga lusuh malam berlabuh
masih saja kita bertaruh

Dilangit-langit kamar, dalam derap meretas harapan
mimpi-mimpi mulai gusar
bergetar nyaris pudar
meski begitu, masih mencoba kita bergerak dan bersabar

Aku mendekapmu wahai Dai
demi perih rasa sedih
aku mendekapmu

Detak jantung kita serupa
mengulang doa yang sama
: Allah, berikan keistiqomahan dan kekuatan.

)I(Abu AmrulHaq)I(
~untukmu Kader Dakwah~

sumber: HermanHusni SriDarsina

09 Januari 2011

= Semangat Baru "Pertemuan" Kita =

Muharram Tahun Baru ini, semoga memberikan energi segar bagi kita. Bukan hanya fisik, tapi ma'nawi kita juga bertambah kekuatannya. Oleh karena itu bagi aktifis dakwah seharusnya Muharram merupakan momentum untuk meningkatkan produktifitas amal, meningkatkan kontribusi da'awi, dan meloncatkan prestasi kita bagi jama'ah dakwah ini.

Ikhwah fillah, bagi kader dakwah, LIQO (Pertemuan) seakan-akan menjadi pekerjaan utama dalam kehidupan kita. Dalam seminggu, entah berapa kali ikhwan mengadakan liqo. Ada halaqoh, liqo usroh, liqo DPRa, liqo DPC, liqo DPD, liqo bidang-bidang, dan liqo-liqo lainnya. Seorang anak ikhwan ketika ditanya oleh tetangganya tentang kerjaan umminya, dengan polos anak tersebut mengatakan, "Ummi kerjanya liqo...".

Liqo kita semuanya membicarakan hal-hal penting, oleh karena itu kita harus membuat setiap liqo menjadi segar, nyaman dan kondusif agar mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas kader, memelihara dan merawat kader, serta mampu menghasilkan produk-produk dakwah yang berkualitas. Sesungguhnya kecepatan, kedalaman, dan ketajaman gerak manuver dakwah kita sangat bergantung dari produktivitas liqo-liqo kita. Langsung maupun tidak langsung, masyarakat sangat menanti produk ataupun output dari setiap liqo kita. Begitulah seharusnya jama'ah kita, menjadi penopang bagi tegaknya izzah ummat. Kita tidak bisa berharap banyak dari orang lain, dari organisasi lain, termasuk oleh pejabat dan pemerintah untuk menyelamatkan ummat ini.

Posisi mulia dan strategis dari setiap liqo yang kita lakukan selama ini, seharusnya membuat motivasi yang tinggi bagi kita. Namun seperti apakah potret liqo kita selama ini? Pada beberapa kesempatan, ikhwan di beberapa daerah menilai liqo-liqo selama ini masih belum sesuai harapan.
"Liqo tidak mampu menjadi solusi terhadap qodhoya a'dho"
"Liqo tidak mampu memberikan taujih, motivasi, atau hal-hal yang bermanfaat bagi a'dho"
"Liqo tidak mampu membangun ukhuwah antar a'dho, ukhuwah islamiyah hanya sekedar teori"
"Liqo tidak mampu menghasilkan produk apa-apa, hanya sekedar menjalani baromij standar, tanpa ghiroh"
"Liqo atau rapat-rapat sering molor, agenda tidak jelas, tidak efektif, dan lain sebagainya"

Ikhwah fillah, marilah kita sedikit menggeser dan memperbaiki paradigma kita tentang liqo. Kalaulah selama ini mungkin kita bertanya, "apasih yang saya dapat dari liqo?" Bagaimana kalau kita ganti dengan pertanyaan, "Apa yang bisa saya berikan untuk liqo?". Cobalah kita bayangkan jika setiap a'dho berangkat liqo dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan penuh semangat untuk memberikan yang terbaik bagi liqonya. Sesungguhnya sehat tidaknya sebuah liqo, bergantung dari kita sendiri. Kita lah yang membuat liqo itu sehat, dan kita pula lah yang membuat liqo itu sakit.

Rasanya kita juga perlu meluruskan lagi motivasi kita; bahwa kita hadir dalam liqo bukan karena naqib/murobbi dan mutaba'ah kehadiran, bukan karena ketua DPRa, DPC, atau ketua DPD yang mengundang kita; tapi kita hadir dalam setiap liqo karena Allah SWT, kita merasa bersalah dan berdosa jika tidak hadir atau terlambat hadir dalam liqo. Jika kita merasa "malas" untuk liqo, ingat-ingatlah firman Allah: Laa takhuunullaha warasulahu watakhuunu amaanatikum wa antum ta'lamun (QS Al-Anfal).

Ikhwah fillah, pandanglah usroh dan halaqoh kita sebagai sebuah taman, yang ingin kita buat menjadi indah, kita sirami, kita beri pupuk, jika ada gulma kita lah yang membersihkannya, sehingga usroh dan halaqoh kita menjadi taman yang indah, bunga-bunga berseri, dan menghasilkan buah yang dinikmati orang banyak.

Pandanglah setiap liqo dan rapat yang mengundang kita sebagai wadah yang disediakan Allah bagi kita untuk berkontribusi dalam amal, pandanglah liqo sebagai sesuai yang besar dan penting, sesederhana apapun liqo itu. Jangan kecewakan jamaah dan ummat karena kita malas dan tidak bersemangat hadir liqo. Bersyukurlah karena Allah dan jamaah telah memilih kita, disaat sekian banyak orang lain tidak berhak hadir dalam liqo tersebut.

Ikhwah fillah, pasca perubahan tahun ini, semoga liqo kita menjadi segar, semakin sehat, semakin bergairah, dan dengan kondisi begitulah liqo mampu mengeluarkan produk-produk dakwah yang bermanfaat, dan kita adalah a'dho yang menjadi penopang tegaknya liqo kita, Insya Allah.

Akhukum fillah, Dzulqarnaen
Deputi Tadrib DPW PKS Jawa Barat