Ikhwah fillah, bagi kader dakwah, LIQO (Pertemuan) seakan-akan menjadi pekerjaan utama dalam kehidupan kita. Dalam seminggu, entah berapa kali ikhwan mengadakan liqo. Ada halaqoh, liqo usroh, liqo DPRa, liqo DPC, liqo DPD, liqo bidang-bidang, dan liqo-liqo lainnya. Seorang anak ikhwan ketika ditanya oleh tetangganya tentang kerjaan umminya, dengan polos anak tersebut mengatakan, "Ummi kerjanya liqo...".
Liqo kita semuanya membicarakan hal-hal penting, oleh karena itu kita harus membuat setiap liqo menjadi segar, nyaman dan kondusif agar mampu meningkatkan kualitas dan kuantitas kader, memelihara dan merawat kader, serta mampu menghasilkan produk-produk dakwah yang berkualitas. Sesungguhnya kecepatan, kedalaman, dan ketajaman gerak manuver dakwah kita sangat bergantung dari produktivitas liqo-liqo kita. Langsung maupun tidak langsung, masyarakat sangat menanti produk ataupun output dari setiap liqo kita. Begitulah seharusnya jama'ah kita, menjadi penopang bagi tegaknya izzah ummat. Kita tidak bisa berharap banyak dari orang lain, dari organisasi lain, termasuk oleh pejabat dan pemerintah untuk menyelamatkan ummat ini.
Posisi mulia dan strategis dari setiap liqo yang kita lakukan selama ini, seharusnya membuat motivasi yang tinggi bagi kita. Namun seperti apakah potret liqo kita selama ini? Pada beberapa kesempatan, ikhwan di beberapa daerah menilai liqo-liqo selama ini masih belum sesuai harapan.
"Liqo tidak mampu menjadi solusi terhadap qodhoya a'dho"
"Liqo tidak mampu memberikan taujih, motivasi, atau hal-hal yang bermanfaat bagi a'dho"
"Liqo tidak mampu membangun ukhuwah antar a'dho, ukhuwah islamiyah hanya sekedar teori"
"Liqo tidak mampu menghasilkan produk apa-apa, hanya sekedar menjalani baromij standar, tanpa ghiroh"
"Liqo atau rapat-rapat sering molor, agenda tidak jelas, tidak efektif, dan lain sebagainya"
Ikhwah fillah, marilah kita sedikit menggeser dan memperbaiki paradigma kita tentang liqo. Kalaulah selama ini mungkin kita bertanya, "apasih yang saya dapat dari liqo?" Bagaimana kalau kita ganti dengan pertanyaan, "Apa yang bisa saya berikan untuk liqo?". Cobalah kita bayangkan jika setiap a'dho berangkat liqo dengan mempersiapkan diri sebaik-baiknya dan penuh semangat untuk memberikan yang terbaik bagi liqonya. Sesungguhnya sehat tidaknya sebuah liqo, bergantung dari kita sendiri. Kita lah yang membuat liqo itu sehat, dan kita pula lah yang membuat liqo itu sakit.

Ikhwah fillah, pandanglah usroh dan halaqoh kita sebagai sebuah taman, yang ingin kita buat menjadi indah, kita sirami, kita beri pupuk, jika ada gulma kita lah yang membersihkannya, sehingga usroh dan halaqoh kita menjadi taman yang indah, bunga-bunga berseri, dan menghasilkan buah yang dinikmati orang banyak.
Pandanglah setiap liqo dan rapat yang mengundang kita sebagai wadah yang disediakan Allah bagi kita untuk berkontribusi dalam amal, pandanglah liqo sebagai sesuai yang besar dan penting, sesederhana apapun liqo itu. Jangan kecewakan jamaah dan ummat karena kita malas dan tidak bersemangat hadir liqo. Bersyukurlah karena Allah dan jamaah telah memilih kita, disaat sekian banyak orang lain tidak berhak hadir dalam liqo tersebut.
Ikhwah fillah, pasca perubahan tahun ini, semoga liqo kita menjadi segar, semakin sehat, semakin bergairah, dan dengan kondisi begitulah liqo mampu mengeluarkan produk-produk dakwah yang bermanfaat, dan kita adalah a'dho yang menjadi penopang tegaknya liqo kita, Insya Allah.
Akhukum fillah, Dzulqarnaen
Deputi Tadrib DPW PKS Jawa Barat
2 komentar:
Sedikit beranalogi bahwa cermin dakwah kita pada hari ini adalah cermin liqo kita hari ini. Liqo saat ini kurang memiliki "NILAI" karena individu dalam liqo tidak menghadirkan ruhy (keimanan) dalam diri. Jadi liqo hanya sebatas kegiatan rutin, bukan sebagai wasilah untuk meningkatkan keimanan dan produktifitas. Pengalaman sebagai karyawan pabrik anak perusahaan Astra Internasional bahwa seluruh level karyawan harus senantiasa mengadakan rapat (liqo) secara periodik (harian, mingguan dan bulanan), tiada hari tanpa liqo. Dan saat ini kita bisa melihat hasil dari mereka saat ini. Jadi, Wahai saudaraku LIQO teramat penting, LIQO sebagai bahan bakar minyak yang ditambahkan dalam kendaraan kita untuk bisa menghasilkan produktifitas yang kita tuju. Wallahualam bishawab.
Dalam sebuah perjalanan dakwah, terkadang ada hal-hal yang meletihkan. Namun dengan berkumpulnya kita dalam sebuah LIQO Insya Allah memiliki banyak manfaat. Saling bertatap muka, taujih, qadhaya & rowa'i akan menambah semangat.
Posting Komentar