03 April 2011

Eat Pray Love

Resume Buku : Eat Pray Love, Makan Do’a dan Cinta

by: Tia Rahmiati

Sederhana dan dalam...

Perenungan tentang siapa saya sebenarnya, dimana bahagia itu, bagaimana menghilangkan rasa bersalah, apa yang harus dilakukan setelah gagal, kapan seharusnya kita kembali...

Bahwa seorang dipaksa oleh keadaan untuk gagal, membiarkannya tenggelam dalam kegagalan, memposisikan dirinya telah gagal, dan merasa bersalah terhadap kegagalan itu...

Moving, adalah keputusan untuk menjawab semua pertanyaan-pertanyaan diatas, hijrah, mencari sesuatu yang baru, mencari sesuatu yg asal, berpetualang, menjadi orang asing, melucuti semua jatidiri...

Dari titik nol..

Pengembaraan dimulai dari merasakan kembali kenimatan selera sistem pencernaan, dari sekedar makan menjadi menikmati makanan...mensyukuri segenap kelihaian lidah merasakan makanan segala rasa, segala selera, menyukuri keberadaan gigi yang mengunyah kenikmatan menjadi awal terbentuknya sesuatu yang dibutuhkan tubuh, protein, karbohidrat, vitamin, dan sebagainya...mensyukuri keahlian katup antara tenggorokan dan kerongkongan, memilih kerongkongan menjadi jalan untuk dicerna dilambung, hingga mensyukuri timbunan lemak di perut dan sistem pembuangan yang otomatis...

Menjadilah makan bukan hanya sekedar makan, menjadi kesenangan karena membersemai rasa syukur...makan adalah makanan fisik...maka nikmatilah...

Kemudian pengembaraan spiritual dilanjutkan...setelah kuat fisik sudah diberi haknya, maka makanan dipersiapkan untuk jiwanya...do’a, adalah makanan jiwa...saat berdo’a sesungguhnya bukan saat kita meminta sesuatu dengan Tuhan, meminta kebutuhan kita sehari-sehari tercukupi, meminta keinginan kita di dunia terpenuhi, bukan...sama sekali bukan...berdo’a adalah memberi makanan untuk jiwa kita, dengan berusaha sedekat mungkin dengan Yang Diminta, berusaha sebersih mungin pikiran kita, berusaha sesuci mungkin jiwa kita, agar apa yang kita bincangkan, langsung terdengar, langsung tanpa hambatan....berdo’a adalah memberi jiwa, bukan meminta kebutuhan fisik kita, maka berdo’alah, supaya jiwa kita sejahtera...

Selanjutnya pengembaraan cinta, memberi makan hati...

Maka cintailah bumi, dan segala yang tinggal di bumi...

Maka hadirlah untuk cinta...

Terbangun setiap hari dengan hati penuh cinta...menyiapkah sekeranjang senyum untuk dibagi rata pada pagi...menyiapkan tangan terbuka untuk menolong setiap orang saat siang...berkelanalah sambil menyapa setiap makhluk...melapangkan dada...merasakan bahwa saya mencintai dan dicintai...merasakan saya dicintai dunia dan seisinya....mebuat hati tersenyum, wajah tersenyum, bibir tersenyum..

Merasakan cinta, memasukkannya ke hati, dan memancarkannya untuk seluruh penduduk bumi...

1 komentar:

Ono Jurnal mengatakan...

memang untuk dapat mencintai, berdoa dan berdakwah, perlu energi yang besar, dan energi itu perlu didapat dari makanan yang halal, baik dan barokah...